Kearifan Wayang “Network”
(Suara Merdeka – Wacana Lokal, Sabtu 11 Agustus 2012)
Usaha mengangkat kesenian wayang kulit tidak akan berhenti. Berbagai
pihak lewat beragam cara terus merevitalisasi warisan budaya bangsa
ini. Sebelumnya dari dunia pendidikan, kelompok mahasiswa Unika
Soegijapranata Semarang menelurkan ide Tayangan Wayang Online (Tawon)
untuk menarik minat generasi muda melalui skenario wayang yang dapat
dikreasikan sendiri.
Melalui
aplikasi tersebut, pengguna internet di seluruh dunia bisa merasa
menjadi dalang virtual dengan koleksi wayang yang bervariasi. Baru-baru
ini, sebuah portal web: Indonesian Wayang Network beralamatkan di www.wayangnetwork.com telah diperkenalkan kepada para dalang dan pelaku kesenian wayang kulit di daerah Solo dan Semarang.
Website yang dikembangkan tim peneliti Unika Soegijapranata didukung
oleh Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti), Persatuan Pedalangan Indonesia
(Pepadi) Jateng, dan sanggar kesenian di Solo dan Semarang.
Tujuannya, untuk mengangkat kesenian wayang kulit dan pelaku kesenian di
dalamnya. Bukan hanya untuk melestarikan warisan budaya bangsa
melainkan juga mempromosikan keberadaan dalang, sanggar kesenian yang
menaungi, dan karya seni cendera mata yang dimiliki.
Dari hasil roadshow tim peneliti, petunjukan-pertunjukan yang
dipentaskan oleh dalang seringkali ketika direkam hanya menjadi
dokumentasi. Tak banyak yang mengunggahnya ke internet untuk bisa
disaksikan kalangan yang lebih luas. Publikasi ke internet umumnya
dilakukan oleh sebagian besar dalang yang telah dikenal masyarakat.
Padahal dengan publikasi tersebut, berbagai peluang dapat tercipta,
antara lain undangan untuk pentas dari kalangan yang lebih luas, minat
terhadap sanggar kesenian, serta peluang ekonomi dalam transaksi cendera
mata dan alat-alat kesenian.
Keberadaan portal web Indonesian Wayang Network dapat dimanfaatkan
sebagai ruang pamer bagi karya yang dihasilkan para dalang. Tidak perlu
harus seluruh tampilan pertunjukan wayang kulit, cukup 10-15 menit
bagian pertunjukan yang dianggap paling menarik. Dengan begitu,
pengunjung website tidak harus menunggu lama jika ingin mengetahui sisi
yang menarik.
Kearifan Lokal
Pengunjung juga dapat terlibat aktif melalui jajak suara untuk
menentukan ketertarikan terhadap pertunjukan yang ditonton. Partisipasi
tersebut diharapkan dapat meningkatkan rasa memiliki terhadap kesenian
ini. Selain itu juga dapat makin mendorong dalang untuk menghasilkan
rekaman yang lebih baik.
Untuk memudahkan dalang agar bisa secara berkelanjutan memublikasikan
pertunjukannya ke website, langkah-langkah yang dilakukan telah
diminimalkan oleh tim peneliti. Artinya, dalang tidak mutlak harus
menguasai teknis komputer, namun cukup menjalankan beberapa aktivitas
yang umum dalam pemanfaatan komputer. Harapannya, aktivitas publikasi ke
internet menjadi kegiatan rutin yang mudah dan menyenangkan setelah
pementasan, baik dalam latihan maupun pertunjukan.
Kesan teknologi informasi sebagai wakil dari dunia modern yang biasanya
kontradiktif dengan kesenian dan kebudayaan, telah bergeser dan menyatu
menjadi solusi bagi permasalahan lokal. Teknologi tidak digunakan untuk
mengubah pakem (pedoman) namun justru untuk memperkuat potensi dalam
kebudayaan bangsa.
Masyarakat selain dapat semakin mengenal seni dan budaya yang dimiliki,
juga bisa menikmati pertunjukan yang dihasilkan melalui cara-cara
kreatif yang didukung oleh teknologi informasi. Dengan begitu, citra
diri bangsa akan makin indah dan kuat karena adanya partsipasi
masyarakat yang aktif melalui pemanfaatan teknologi informasi dalam
kearifan lokal.
Pada masa mendatang, klaim kepemilikan seni dan budaya oleh negara lain
tidak lagi perlu terjadi karena seni dan pelaku seninya makin
diberdayakan secara maksimal. (Ridwan Sanjaya, konsultan masalah internet pada rubrik ’’Konek’’ Edisi Minggu Suara Merdeka, dosen Ilmu Komputer Unika Soegijapranata Semarang)
0 komentar:
Posting Komentar